Interlude Hujan 1
Bukankah sempat kukatakan pada harihari lalu. Hari ini akan datang dan kita sedang akan berdendang dengan sungkan. Citacita terlampau tinggi saat hujan gerimis entah kapan akan berhenti. Dan seperti malammalam sebelumnya kita senantiasa berdendang menyanyikan lirik usang. Entah sampai kapan perdendangan ini akan dijalani. Semoga memang hari ini akan datang.
GA. 12122011
Interlude Hujan 2
Hujanhujan berlompatan kembali dari sengseng, atap, besi rumah, bergelayutan setelahnya manja pada daundaun. Tanah guyub dengan sisasisa basah yang menjelma menjadi cucuran selokanselokan tak bermuara. Jelmaan jiwa lirih berbisik, “ijinkan aku menyetubuhi selokanselokan dan biarkan hidupku mengalun dalam alir melodi tak berkesudahannya”. Hujanhujan bergelayut manja pada dedaunan. Mentari semoga akan datang meski kini sudah sore hari.
GA. 12122011
Interlude Hujan 3
Sesaat sebelum riuhrendah menggelora dengan segenap asa
Teriakan Gol...! lantas membahana dan meramaikan suasana
Gegapgempita seluruh jiwa terarak dalam liukan angin sore, di kamar itu
Hujan yang menggelora awalnya, kini lamatlamat sudah
Tubir hati yang senyap meracau sudah
Aku ingin bebas
GA. 12122011
Siang Meradang
“Kadang siang teramat meradang” Ucap debu beterbangan tertambat di atas payung kuning seorang wanita. Cahaya siang lantas terik di atas dedaunan. “Pergilah Kau!” hardik anginangin yang mengajak bayangbayang melawan siang.
GA. 27122012
Sunyi tanpa Suaramu
Masih ada riuh warnawarni suaramu dalam kalbu. Suaramu kadang menjelma kobaran unggun dalam lautan es maha luas.Padahal suaramu hanyalah angin yang menggoyangkan daundaun di padang ilalang luas tak berkesudahan. Namun suaramu, dinda. Serupa warnawarni imajinasi anak TK dalam sehelai kertas yang berada dalam lorong sumur gelap nan lembab. Serupa Rintikrintik yang berwujud warnawarni ketika siang terik seperti siang ini.
GA.27122012
Sunyi
Seperti apakah sunyi itu? Tanyamu di suatu malam cerah berbintang
Serangga berdendang dalam naungan Ilalangilalang tak bertepi
Sunyi itu... : lamatlamat saat kau dengar kesiur angin malam
Sinar bulan menyibak lembut daundaun
Sunyi itu... : saat kau ada namun tak ada kecuali ramai suaramu membahana
Sedang kau bisa mendengar suara imajimu sendiri
Saat engkau tersenyum, entah untuk siapa...
Barangkali bintangbintang terlampau asyik bercengkrama dengan awanawan dan bulan
Tanpa mu...
GA.27122012
Desember
Langit meregang
Menggeliat dalam desah angin yang menggoyangkan daun
Cuaca sendu
Hilir mudik jiwa-jiwa kecil berlarian dalam riang
Langit meregang mungkin menerjang
Ia tahu hari itu pernah datang
dan tiada berulang
GA.07122011
Reka Yuda Mahardika adalah mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia. Senang menulis puisi untuk mengisi hari dan meluapkan semua emosi yang terlampau mengusai diri. Dapat ditemui dalam FB atau Email: tuxedobertopeng01@yahoo.com
Sumber: Kompas, 10 Januari 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar