Peneliti dan kurator museum Bengkulu menelusuri rekam jejak beberapa kerajaan di Bengkulu yang tidak pernah disebutkan dalam naskah kuno "Ka ga nga".
"Naskah ’Ka ga nga’ merupakan tulisan asli masyarakat melayu Bengkulu berasal dari aksara semit kuno, proto melayu, selain di Bengkulu ’Ka ga nga’ terdapat juga di Jambi, dan Lampung tulisan ini berasal juga dari aksara palawa," jelas kurator museum Bengkulu Muhardi,Selasa.
Menurutnya, huruf "Ka ga nga" muncul di Bengkulu pada abad ke XII pada masa agama Hindu-Budha sedangkan beberapa kerajaan ada di daerah itu menjelang abad ke XVII.
Ia mengatakan, dari beberapa naskah kuno Ka ga nga koleksi museum Bengkulu yang berhasil diterjemahkan, satu pun tidak ada yang menyinggung tentang keberadaan kerajaan-kerajaan tersebut.
Beberapa naskah yang berhasil diterjemahkan berisikan kitab pengobatan, penyakit, kisah atau kejadian alam semesta, cerita tentang sang kancil, hukum adat, pantun, tata cara hubungan kaum muda, tata cara bertani, pantun, serta jampi dan mantra.
"Tidak ada satu pun naskah tersebut yang menyinggung keberadaan kerajaan di Bengkulu padahal usia huruf ’Ka ga nga’ jauh lebih tua dibanding kerajaan di Bengkulu, logikanya dalam naskah tersebut pasti disebutkan minimal satu kerajaan saja," tambahnya.
Ia menduga ada beberapa dugaan sementara (hipotesa) mengapa naskah kuno Ka ga nga yang digunakan masayarakat kuno Bengkulu tidak menyinggung tentang keberadaan di daerah itu.
Pertama, kerajaan di Sumatra pada umumnya tidak memiliki kewenangan penuh layaknya kerajaan di Jawa sehingga masyarakat tidak begitu peduli dengan kerajaan karena mayoritas kerajaan di Bengkulu adalah kumpulan komunal atau komunitas.
Beberapa kerjaan kecil itu diantaranya, Kerajaan Sungai Serut, Kerajaan Sungai Lemau, Kerajaan Sungai Itam, Kerajaan Selebar, Kerajaan Anak Sungai, dan Kerajaan Empat Petulai.
Artinya, secara legitimasi masyarakat tidak begitu mengakui keberadaan kerajaan ketika itu.
Kedua, karena legitimasi kerajaan masa itu tidak begitu kuat di tingkatan masyarakat maka kontrol sosial rakyat terhadap raja menjadi tinggi dan raja tidak menjadi sesuatu yang agung sehingga dalam naskah-naskah yang mereka tulis tidak menuliskan tentang cerita keberadaan kerajaan tersebut.
Kerajaan Bengkulu dikenal dalam catatan beberapa pemimpin penjajah Inggris ketika perlawanan rakyat begitu tinggi di daerah itu ketika zaman kolonial.
Ia menjelaskan perlu penelitian secara menyeluruh agar dapat diketahui kenapa naskah-naskah kuno Bengkulu tidak satu pun mencatat tentang keberadaan kerajaan di wilayah itu dan proses penelitian tersebut masih terus dilakukan secara berkala.
Huruf Ka ga nga lahir menjelang abad ke 12, huruf ini merupakan bagian dari tulisan aksara semit kuno atau lebih spesifik dari proto Sumatra bahkan di Bandung Ka ga nga juga dikenal lahir dari aksara palawa atau naskah melayu.
Sumber: Kompas 20 September 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar