Oleh Nona Evita
LONDON, KOMPAS.com - Inggris yang merupakan salah satu negara tujuan studi bagi para pelajar asing, saat ini tengah memperketat sistem visa pelajar. Hal itu merupakan efek domino dari kebijakan sistem pemerintahan Hung Parliament, yaitu kebijakan yang dibuat oleh partai Liberal Demokrat berbenturan dengan partai Konservatif.
Kebijakan yang ditujukan untuk pelajar atau imigran asing ini bermula dari ide partai Konservatif. Partai tersebut menyatakan, visa pelajar telah banyak disalahgunakan oleh pelajar internasional. Mereka tercantum sebagai pelajar, tetapi banyak dari mereka yang bekerja di Inggris.
Hal itu juga yang menyebabkan angka migrasi semakin tinggi. Oleh karena itu, border agency Pemerintah Inggris telah mengeluarkan peraturan baru dengan tujuan untuk menekan angka imigrasi sebanyak 10 persen. Kebijakan tersebut berlaku sejak 1 April 2012, yaitu dengan dihapuskannya visa Post-Study Work.
Adapun visa Post-Study Work adalah visa yang bisa diajukan oleh pelajar setelah masa studinya habis. Visa ini berlaku selama 2 tahun.
Selain visa Post-Study Work, kebijakan lain yang ditetapkan adalah menaikkan standar bahasa Inggris, seperti IELTS dan TOEFL. Hal itu ditujukan untuk meningkatkan reputasi universitas dan kualitas pelajar yang akan menempuh studi di Inggris.
Keith Vaz MP selaku anggota Komite Partai Buruh Nasional, pekan lalu, menyanggah kebijakan ini. Menurutnya, siswa tidak termasuk imigran. Mereka datang dari seluruh dunia untuk belajar, dan mereka juga berkontribusi terhadap perekonomian, baik melalui pembayaran biaya studi dan pengeluaran yang lain, contohnya akomodasi dan transportasi.
(Penulis adalah mahasiswi Jurusan Media dan Komunikasi di Goldsmiths College, University of London, Inggris)
SUMBER: KOMPAS 31 Maret 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar