Pages - Menu

08 Januari 2010

Indonesia Tempat Lahir Peradaban Dunia

Hendri F Isnaeni*

SEJARAH dalam bentuk filsafati adalah sebagai proses lahir,tumbuh, dan matinya peradaban (Spangler dan Toynbee). Sebagai filsuf, Plato menulis Timaeus dan Critias untuk menggambarkan lahir,tumbuh,dan matinya peradaban Atlantis, sebuah kekaisaran dunia yang menjadi induk peradaban dunia.

Menurut Plato, kekaisaran agung milik bangsa Atlantis tibatiba berakhir tatkala mereka tengah menghadapi perang besar melawan bangsa Athena, yang ternyata bersekutu dengan orang-orang Yunani lainnya, orang-orang Mesir, dan beberapa bangsa kuno lainnya. Saat pertempuran-pertempuran ini berlangsung, tanah runtuh– kemungkinan disebabkan peristiwa vulkanis maha dahsyat–dan menganga, menelan tentara dan massa kedua belah pihak.Sang filsuf agung mengatakan, semua peristiwa ini terjadi “dalam petaka satu hari satu malam.

”Akibatnya, seluruh benua tenggelam dan lenyap untuk selamanya di bawah permukaan laut.Sejak itulah– sekitar 11.600 tahun lalu–Atlantis terbaring di dasar samudra.Atlantis menjadi “Benua yang Hilang.”Lenyap tanpa bekas. Apakah Atlantis sekadar mitos atau sebuah dongeng moral? Selama dua puluh lima abad sejak masa Plato,ribuan buku tentang Atlantis telah ditulis.

Sayangnya perkara Atlantis masih jauh dari terselesaikan. Misteri tentang letak tenggelamnya Atlantis pun belum pernah terjawab,dengan memuaskan meskipun ratusan tempat di berbagai belahan dunia diklaim sebagai lokasi,di antaranya seluruh wilayah Mediterania, Laut Utara, Pesisir Laut Atlantik di Eropa dan Afrika, kawasan di tengah Samudra Atlantik, Amerika,dan sebagainya.

Bahkan, para pakar pengkaji Atlantis belum bersepakat apakah Atlantis pernah ada atau tak lebih dari khayalan Plato belaka tentang dongeng moral yang dibuat Plato sebagai latar belakang etis bagi republik khayalan yang ideal, ia kemukakandalamkarya- karya lainnya, khususnya yang berjudul Republik. Setelah melakukan penelitian selama 30 tahun,Prof Arysio Santos,atlantolog, geolog,dan fisikawan nuklir Brasil, memastikan kepada dunia bahwa situs Atlantis adalah Indonesia.

Ciri-ciri Atlantis yang dicatat Plato secara mengejutkan sangat cocok dengan kondisi geografis Indonesia. Plato menulis, Atlantis tidak mengarahkepadaapapunselaindeskripsi tentang sebuah daratan yang sebenarnya pernah ada pada Zaman Es, masa ketika temperatur global mencapai 15 derajat lebih dingin daripada sekarang.

Berlawanan dengan lingkungan sekitar,Atlantis yang digambarkan Plato adalah surga beriklim tropis yang penuh dengan segala jenis keindahan dan kekayaan: daratan-daratanyangluas dan ladang-ladang yang indah, lembah dan gunung-gunung; batubatu permata dan logam dari berbagai jenis, keduanya sangat berharga dan banyak ditemukan; kayu-kayu wangi, wewangian, dan bahan celup yang sangat tinggi nilainya; sungai-sungai, danau-danau, dan irigasi yang melimpah; pertanian yang paling produktif; istana-istana bertabur emas,tembok perak,dan benteng; gajah dan segala jenis binatang buas,dan sebagainya.

Dengan meneliti tradisi-tradisi suci dari banyak bangsa, seperti Yunani,Romawi, Mesir, Mesopotamia, Tunisia,India,Amerika,Hindu, Budha,Yahudi-Kristen, dan sebagainya, Santos menjelaskan makna di balik “dalam petaka satu hari satu malam”. Santos menyimpulkan, penyebab tenggelamnya Atlantis adalah akibat banjir semesta yang tingginya mencapai satu mil.

Secara geologis, Santos menjelaskan, Indonesia terletak di persimpangan tiga lempeng benua– ketiganya bertemu di sini–menciptakan tekanan pada lapisan kulit bumi.Akibatnya,lapisan kulit bumi di wilayah ini terdesak ke atas,membentuk paparan-paparan yang luas (Paparan Sunda dan sebagainya) dan beberapa barisan pegunungan yangsangattinggi.

Paparan-paparan ini agak dangkal dan pada Zaman Es, ketika permukaan laut turun ratusan meter,mereka pun terlihat. Hal ini terjadi pada akhir Zaman Es,masa ketika Atlantis berkembang pesat.Seluruh wilayah ini sangat rentan terhadap gempa bumi hebat dan letusan gunung berapi yang dahsyat, yang kerap mengakibatkan kerusakan sangat parah. Karena itu, terlihat dari beberapa catatan geologis.

Gempa bumi dan tsunami mengerikan yang dialami Aceh lima tahun lalu, hanyalah episode terakhir dari seluruh rangkaian peristiwa panjang dalam masa sejarah dan prasejarah, seperti yang tampak dalam catatan geologis wilayah tersebut. Kehadiran buku ini di Indonesia menuai pro dan kontra.Ketika didiskusikan di Pusat Geologi Bandung, pada November 2009,dengan menghadirkan Awang H Satyana,ahli Geologi BP Migas, terjadi perdebatan panas.

Menurut Awang, buku tersebut memiliki beberapa kelemahan, di antaranya adalah Santos mengemukakan bahwa lokasi Atlantis terletak di paparan Sunda.Lokasi tersebut mengalami gempa tektonik yang menyebabkan wilayah terkena dampak dari letusan Gunung Krakatau yang menyebabkan tsunami sangat besar. Tsunami tersebut menurut hipotesa Santos telah menenggelamkan daratan di Paparan Sunda.

Menurut Awang hipotesa tersebut tidak memiliki bukti geologis dan tidak memiliki dasar. Begitu pula ketika dibedah di salah satu stasiun televisi,pembicaranya seorang ahli gempa Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof MT Zein, kontra dengan pendapat Santos. Meski demikian, ia menyambut baik dan mengimbau agar buku ini memancing ilmuwan Indonesia untuk melakukan penelitian tentang Atlantis. Karena hingga kini, ilmuwan Indonesia belum ada yang melakukan penelitian mengenai Atlantis. Adakah yang berminat menjadi atlantolog? (*)

Hendri F Isnaeni,
Peneliti Sejarah PSIK
Universitas Paramadina Peraih Paramadina-
The Jakarta Post Fellowship.
Sumber www.seputar-indonesia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar