Pages - Menu

29 Desember 2014

KOMUNIKASI DALAM KELUARGA YANG SEHAT DAN SEHAT

           Ibu adalah sosok paling dekat dengan anak, hatinya ibu yang lembut memberikan kasih sayang yang tulus dan tak terkira. Buaian ibu sejak dalam timangan hingga dewasa adalah bukti cinta kasihnya sepanjang hayat.

         Hari Ibu menjadi momen istimewa untuk dirayakan dengan penuh kebanggaan hati. Selasa, 23 Desember 2014 adalah hari yang semarak untuk Perpustakaan Daerah Kab. Sragen. Dalam rangka menyambut Hari Ibu, Perpusda ingin memperingatinya dengan sebuah acara yang bertajuk “OBRAS” Obrolan Asyik dan Santai, bertemakan “Membangun Komunikasi yang Sehat dan Cerdas dalam Keluarga. Acara yang dipandu oleh Sri Hartati atau sering disapa ibu Tatik, dengan narasumber antara lain Ibu Suwarni, M. Pd (Pengawas SMP), Ibu Damai Tatag Prabawanto (Istri Bapak Sekda Kabupaten Sragen), Pak Solikhin (Penulis buku “Zero To Hero”), dan Diana (FORASI).

          Pembukaan acara dibuka oleh sambutan kepala Kantor Perpustakaan Daerah Kab. Sragen, Ibu Tri Andiyas Wororetno, menyampaikan bahwa acara diselenggarakan untuk memperingati hari Ibu. Selanjutnya, moderator Ibu Tatik memandu acara dengan santai dan menarik sekaligus menggelitik peserta untuk tertawa dengan candaan-candaannya. Obrolan asyik nan santai pun mengalir dengan meriah dan aktif dengan partisipasi peserta.

          Diskusi aktif pun dimulai dengan pertanyaan dari seorang pelajar yang namanya Fathurrahman. Ia adalah seorang pelajar di Cirebon, hidup jauh dari orang tua. Dalam rangka liburan sekolah, ia pulang ke Sragen. Hal yang ia tanyakan, bagaimana mengatasi kerinduan dengan orang tua terutama pada Ibu? . Pertanyaan yang bagus dan terjadi pada siapa saja yang merasakan jauh dari orang tua.

        Ibu Damai menjelaskan sedikit cerita bahwa dahulunya beliau juga merasakan hidup jauh dari orangtua ketika sekolah. Dengan pengalaman yang sama itu, beliau memberikan nasehat bahwa komunikasi dengan orang tua harus dijaga, baik komunikasi lewat telepon/sms maupun komunikasi ikatan batin. Komunikasi batin antara anak dan ibu, meskipun berjauhan tetapi ada sesuatu yang mendekatkan. Lalu, kepercayaan/amanat dari orang tua harus dijaga dengan baik.

        Sang moderator mempersilakan audiens untuk berperan serta aktif mengungkapkan masalah yang dihadapi ataupun dalam bentuk pertanyaan. Kesempatan pun disambut dengan pertanyaan dari seorang ibu yang mempunyai cerita pribadi keluarganya. Beliau memiliki suami yang pendiam dan kebiasaan tersebut menurun pada sang anak. Bapak dan anak bersikap pendiam, ibu pun menjadi bingung memahaminya. Hal yang ditanyakan, bagaimana cara berkomunikasi dengan orang pendiam?. Ibu Tatik mempersilakan kepada Bu Warni untuk menjawabnya. Beliau mengutarakan bahwa seorang istri harus bisa memahami karakter suami. Dengan sudah berumah tangga, hidup bersama pastinya mengenal dengan baik sifat dan sikap suami.

         Ada pertanyaan yang cukup menarik dan berdasarkan kenyataan yang dialami oleh audiens, ibu Siti. Pengalaman ibu Siti yang pernah mengikuti pelatihan IT dan ia pun merasakan manfaat kemajuan teknologi. Namun, sang suami tidak mendukung. Permasalahannya adalah sang suami masih berpikiran kolot terhadap kemajuan teknologi.”Komputer dan internet itu untuk apa?” ujar suaminya. Di sisi lain, sang anak masuk ke perguruan tinggi STAN, membutuhkan laptop untuk keperluan studinya, sang suami pun menolak untuk memberikannya. Suami bersi keras untuk menolak dan keras kepala. Anak pun bersikap mengalah dan tidak harus dbelikan laptop, tetapi ibu Siti berusaha keras untuk tetap membelikannya karena demi kepentingan studi. Bu Siti pun bertanya, “bagaimana berkomunikasi dengan suami agar mengerti kemajuan zaman yaitu IT berkaitan cara pandangnya yang masih kaku?” .

         Moderator mempersilakan kepada narasumber untuk menjawabnya. Menurut Pak Solikhin ada tiga cara. Pertama, kenali pasangan dalam cara berkomunikasi. Kedua ibu Siti bisa menunjukkan cerita inspiratif tentang manfaat internet. Manfaat positifnya untuk bisa memenuhi kebutuhan informasi. Ketiga, doa istri sholeha yang mustajab. Pendapat kedua yang melengkapi juga, Bu Warni menyarankan untuk berkomunikasi dengan melihat timing yang tepat. Saat yang tepat adalah pada kondisi senang/bahagia. Hal itu dapat mempengaruhi pengertian yang diterima. Kemudian, “posisikan suami sebagai pemimpin yang berpengaruh penting dalam pengambilan keputusan dan yang terakhir adalah doa istri yang mujabah oleh Allah” kata Bu Warni.

          Banyak hal yang bisa menjadi pembelajaran bersama dan bisa juga permasalahan yang menjadi bahasan adalah cerminan kondisi keluarga. Melalui kegiatan seminar keluarga diharapkan dapat mendapatkan solusi dari masalah yang ada di rumah tangga, baik antara orang tua dengan anak maupun suami dengan istri.

        Akhir sesi, kesimpulan dari beberapa moderator. Pak Solikhin mengatakan bahwa “sediakan ruang hati yang luas untuk membuat kebahagiaan”. Kesimpulan kedua dari Ibu Warni, pertama, mengubah mainset orang tua terhadap anak, biarkan anak berkembang menjadi pengusaha, tidak melulu harus jadi pegawai negeri. Kedua, sadarlah orang tua yang banyak menuntut/melarang anak-anaknya. Ketiga, kita gali potensi anak kemudian diarahkan serius dan didukung. Narasumber ketiga, Mas Dedi menyimpulkan bahwa komunikasi sangat penting dalam keluarga karena komunikasi intern dapat mencerminkan komunikasi anak di lingkungan sosial. Narasumber Diana (FORASI) menyimpulkan bahwa sebagai anak harus bisa menjaga kepercayaan yang diberikan orang tua dengan sebaik-baiknya Kedua, waktu yang ada dimanfaatkan untuk mencurahkan masalah kepada orang tua.

       Keluarga adalah unit terkecil dalam organisasi, ada bapak , ibu, dan anak. Keluarga yang harmonis adalah keluarga yang bisa menciptakan komunikasi yang sehat dan cerdas. Orang tua dan anak harus berjalan beriringan, saling mengingatkan untuk kebaikan bersama. Orang tua dan anak dapat menjadi sahabat. Sahabat yang selalu ada dalam suka maupun duka. Komunikasi yang benar dan baik harus diteladankan pada anak, agar anak menerapkannya di lingkungan masyarakat. Semua dalam satu keluarga harus saling mengisi, berbagi, dan berbuat demi kebaikan bersama.