Pages - Menu
▼
31 Oktober 2009
20 Oktober 2009
Kisah Buku Loak
Pada suatu hari, Miquel de Cervantes menemukan sebuah buku berjudul Sejarah Don Quixote dari la Mancha di sebuah toko buku loak. Buku itu ditulis sejarawan Arab bernama Cid Hamet Benengelli dalam bahasa Arab. Karena tak paham bahasa Arab, Cervantes meminta bantuan seorang Moor untuk menerjemahkan naskah kuno itu ke bahasa Spanyol. Dan, buku yang telah diterjemahkan itu kemudian dia tulis kembali dengan judul Petualangan Don Quixote. Singkat cerita, kehadiran buku itu memberikan corak baru dalam sejarah sastra dunia. Inti temanya yang membicarakan kegilaan yang bangkit dari gugusan imajinasi terus terdengar pengaruhnya, misalnya dalam novel Perjalanan ke Timur (1932) karya Herman Hesse yang terbit berabad-abad kemudian.
Pada suatu hari yang lain, Osman -seorang mahasiswa teknik sipil Turki- membeli sebuah buku di toko buku loak. Buku itu tergeletak di antara jajaran buku-buku tua, pamflet-pamflet kuno, buku novel cinta, berjilid-jilid puisi, dan ramalan. Disebabkan membaca buku itu, seluruh hidup Osman pun lantas berubah; dia terpengaruh oleh gagasan tentang malaikat yang terurai dalam buku itu sehingga terobsesi untuk mencari makna-makna misterius yang terkandung dalam buku itu. Sampai-sampai, Osman mengambil pilihan untuk menelantarkan studinya demi memecahkan kemisteriusan yang terkandung dalam buku itu.
Barangkali Cid Hamet Benengelli dan Osman hanyalah seorang tokoh fiktif. Barangkali pula tak sepenuhnya demikian. Nama Cid Hamet Benengelli disebut oleh Cervantes ketika dia mengaku bahwa Don Quixote de la Mancha (volume II, 1615) bukanlah karangan sendiri. Sedangkan Osman ditampilkan Orhan Pamuk dalam novelnya yang berjudul Yeni Hayat atau The New Life. Menengok pada kehidupan Pamuk secara pribadi, dari usia 18 tahun, dia seminggu sekali terbiasa pergi ke Sahalfar, pasar buku-buku tua di Beyazit. Di sana dia akan masuk ke sebuah toko buku yang menjual buku-buku bekas, menyisir semua rak, membalik-balik buku, membeli buku dengan keyakinan bahwa tentu setidaknya ada sedikit Turki di dalam buku-buku itu. Ketelatenan dan keasyikan Pamuk untuk menemukan Turki di balik buku-buku itu setidaknya menjadi investasi yang mumpuni di kemudian hari bagi profesinya sebagai seorang penulis yang mengantarnya meraih penghargaan Nobel Sastra 2006.
Di luar sisi realitas maupun imajiner yang mengiringi kisah dua buku itu, bila kita khidmati lebih lanjut, dua kisah dalam buku itu menyampaikan suatu misal yang memaparkan beberapa hal: tentang penulis yang ditilap dan dimenangkan sejarah, tentang pengaruh tiap-tiap buku yang memiliki kesan tersendiri bagi pembacanya. Singkatnya, sebuah narasi tentang takdir buku sebelum dan setelah dibaca.
Dari misal itulah, kita menjadi tahu, buku-buku dalam toko buku loak -yang acapkali berada dalam lokasi pinggiran/terpinggirkan, ditumpuk bercampur baur dan tanpa disusun dengan pelabelan semacam buku best seller atau buku terbaru- tak berarti ikut terpinggirkan dan berkurang potensinya untuk tetap menyuarakan upaya-upaya dari sikap kritis dan dialogis penulis. Malah, tiap calon pembaca memiliki kebebasan untuk menyeleksi, memilah sebelum memilih buku yang akan dibacanya berdasar kebutuhan dirinya di luar pengaruh dari penandaan akibat pelabelan yang acapkali menilapkan potensi sebuah buku. Belum lagi, transaksi penawaran yang luwes dapat menjadi modal serta bekal utama calon pembaca untuk mendapatkan buku dengan harga yang murah.
Pola transaksi buku seperti dalam toko buku loak itu saya kira penting untuk tetap ada. Mengingat, tak banyak usaha di negeri ini yang berkaitan dengan produksi dan penyebaran buku didukung oleh dana-dana publik. Bahkan, kondisi perpustakaan kota atau perpustakaan universitas yang tersebar di berbagai daerah sering tak dapat dianggap layak dan desa seakan diabaikan sebagai ruang menyimpan bacaan. Buku di toko loak itu, dalam kaitannya dengan keadaan perbukuan dewasa ini, menjadi patut untuk diperhatikan dalam upaya menumbuhkan tradisi membaca. Sebab, dalam ruang produksi buku yang telah terkapitalisasi, kita tahu bahwa tidak semua golongan/lapisan masyarakat punya kesempatan yang sama untuk dapat membaca. Maka, dapat ditarik asumsi sederhana bahwa dalam dunia perbukuan dewasa ini sudah sejak dini terdapat semacam proses seleksi sosial.
Dalam kondisi seperti itu, buku yang menyimpan sebuah realitas sejarah yang tentu memuat gambaran kondisi sosial, politik, ekonomi, maupun kebudayaan sebuah bangsa serta memuat upaya penulis untuk melibatkan aktualisasi kognitifnya terhadap masalah-masalah sosialnya, cita-cita dan perjuangannya, dan meletakkan nasib sendiri sebagai bagian dari nasib besar masyarakat pada sebuah masa menjadi rawan untuk tak terbaca. Oleh sebab itu, kisah dua buku yang tergeletak di toko buku loak itu patut untuk kita khidmati kembali. Setidaknya keduanya telah menjadi bukti yang sahih untuk menyatakan bahwa di balik buku akan selalu tersimpan sebuah jendela bagi kita untuk melihat, mengenal, dan menelaah sebuah dunia dari suatu masa. Buku-buku yang tergeletak di toko buku loak -seusang apa pun dan ditumpuk-tumpuk semacam apa pun- tetap menyimpan potensi untuk mewartakan kepada kita bahwa buku dan dunia selalu dalam proses menjadi dan mungkin tak kunjung usai yang jejaknya acapkali kita pelajari sebagai mozaik sejarah yang penting untuk dibaca. (*)
*) Abdul Aziz Rasjid, peneliti Beranda Budaya, tinggal di Purwokerto
Sumber www.jawapos.co.id
Pada suatu hari yang lain, Osman -seorang mahasiswa teknik sipil Turki- membeli sebuah buku di toko buku loak. Buku itu tergeletak di antara jajaran buku-buku tua, pamflet-pamflet kuno, buku novel cinta, berjilid-jilid puisi, dan ramalan. Disebabkan membaca buku itu, seluruh hidup Osman pun lantas berubah; dia terpengaruh oleh gagasan tentang malaikat yang terurai dalam buku itu sehingga terobsesi untuk mencari makna-makna misterius yang terkandung dalam buku itu. Sampai-sampai, Osman mengambil pilihan untuk menelantarkan studinya demi memecahkan kemisteriusan yang terkandung dalam buku itu.
Barangkali Cid Hamet Benengelli dan Osman hanyalah seorang tokoh fiktif. Barangkali pula tak sepenuhnya demikian. Nama Cid Hamet Benengelli disebut oleh Cervantes ketika dia mengaku bahwa Don Quixote de la Mancha (volume II, 1615) bukanlah karangan sendiri. Sedangkan Osman ditampilkan Orhan Pamuk dalam novelnya yang berjudul Yeni Hayat atau The New Life. Menengok pada kehidupan Pamuk secara pribadi, dari usia 18 tahun, dia seminggu sekali terbiasa pergi ke Sahalfar, pasar buku-buku tua di Beyazit. Di sana dia akan masuk ke sebuah toko buku yang menjual buku-buku bekas, menyisir semua rak, membalik-balik buku, membeli buku dengan keyakinan bahwa tentu setidaknya ada sedikit Turki di dalam buku-buku itu. Ketelatenan dan keasyikan Pamuk untuk menemukan Turki di balik buku-buku itu setidaknya menjadi investasi yang mumpuni di kemudian hari bagi profesinya sebagai seorang penulis yang mengantarnya meraih penghargaan Nobel Sastra 2006.
Di luar sisi realitas maupun imajiner yang mengiringi kisah dua buku itu, bila kita khidmati lebih lanjut, dua kisah dalam buku itu menyampaikan suatu misal yang memaparkan beberapa hal: tentang penulis yang ditilap dan dimenangkan sejarah, tentang pengaruh tiap-tiap buku yang memiliki kesan tersendiri bagi pembacanya. Singkatnya, sebuah narasi tentang takdir buku sebelum dan setelah dibaca.
Dari misal itulah, kita menjadi tahu, buku-buku dalam toko buku loak -yang acapkali berada dalam lokasi pinggiran/terpinggirkan, ditumpuk bercampur baur dan tanpa disusun dengan pelabelan semacam buku best seller atau buku terbaru- tak berarti ikut terpinggirkan dan berkurang potensinya untuk tetap menyuarakan upaya-upaya dari sikap kritis dan dialogis penulis. Malah, tiap calon pembaca memiliki kebebasan untuk menyeleksi, memilah sebelum memilih buku yang akan dibacanya berdasar kebutuhan dirinya di luar pengaruh dari penandaan akibat pelabelan yang acapkali menilapkan potensi sebuah buku. Belum lagi, transaksi penawaran yang luwes dapat menjadi modal serta bekal utama calon pembaca untuk mendapatkan buku dengan harga yang murah.
Pola transaksi buku seperti dalam toko buku loak itu saya kira penting untuk tetap ada. Mengingat, tak banyak usaha di negeri ini yang berkaitan dengan produksi dan penyebaran buku didukung oleh dana-dana publik. Bahkan, kondisi perpustakaan kota atau perpustakaan universitas yang tersebar di berbagai daerah sering tak dapat dianggap layak dan desa seakan diabaikan sebagai ruang menyimpan bacaan. Buku di toko loak itu, dalam kaitannya dengan keadaan perbukuan dewasa ini, menjadi patut untuk diperhatikan dalam upaya menumbuhkan tradisi membaca. Sebab, dalam ruang produksi buku yang telah terkapitalisasi, kita tahu bahwa tidak semua golongan/lapisan masyarakat punya kesempatan yang sama untuk dapat membaca. Maka, dapat ditarik asumsi sederhana bahwa dalam dunia perbukuan dewasa ini sudah sejak dini terdapat semacam proses seleksi sosial.
Dalam kondisi seperti itu, buku yang menyimpan sebuah realitas sejarah yang tentu memuat gambaran kondisi sosial, politik, ekonomi, maupun kebudayaan sebuah bangsa serta memuat upaya penulis untuk melibatkan aktualisasi kognitifnya terhadap masalah-masalah sosialnya, cita-cita dan perjuangannya, dan meletakkan nasib sendiri sebagai bagian dari nasib besar masyarakat pada sebuah masa menjadi rawan untuk tak terbaca. Oleh sebab itu, kisah dua buku yang tergeletak di toko buku loak itu patut untuk kita khidmati kembali. Setidaknya keduanya telah menjadi bukti yang sahih untuk menyatakan bahwa di balik buku akan selalu tersimpan sebuah jendela bagi kita untuk melihat, mengenal, dan menelaah sebuah dunia dari suatu masa. Buku-buku yang tergeletak di toko buku loak -seusang apa pun dan ditumpuk-tumpuk semacam apa pun- tetap menyimpan potensi untuk mewartakan kepada kita bahwa buku dan dunia selalu dalam proses menjadi dan mungkin tak kunjung usai yang jejaknya acapkali kita pelajari sebagai mozaik sejarah yang penting untuk dibaca. (*)
*) Abdul Aziz Rasjid, peneliti Beranda Budaya, tinggal di Purwokerto
Sumber www.jawapos.co.id
Ideologi Baru Dunia
ENERGI menjadi sesuatu yang sangat vital. Semua aspek kehidupan di muka bumi memerlukan energi. Karena itu, energi menentukan survival, pertumbuhan, tata kehidupan, ekonomi, sosial, politik, lingkungan, dan negara. Semua negara berlomba mendapatkan sumber energi dengan segala cara.
Tak heran kalau sejumlah konflik di dunia terkait dengan masalah energi. Peta geopolitik sangat dipengaruhi oleh perebutan sumber dan pasokan energi. Mulai Aceh, Papua, Amerika Selatan, Timur Tengah, Georgia, Afghanistan, hingga kawasan Asia Tengah.
Tata ekonomi global juga digerakkan oleh energi. Krisis ekonomi global yang terjadi belakangan ini pun diakibatkan oleh melonjaknya harga minyak dunia. Seiring melonjaknya jumlah penduduk dunia yang lebih 6 miliar, kebutuhan akan energi semakin besar. Sayang, warga dunia sangat bergantung pada energi fosil yang tidak terbarukan. Dengan demikian, pasokan energi di seluruh negara tidak mampu memenuhi kebutuhan seluruh penduduk bumi.
Kondisi itu diperparah dengan kebiasaan masyarakat dunia yang sangat boros dalam penggunaan energi. Ditambah lagi kerusakan lingkungan yang diakibatkan ulah manusia sendiri. Kesadaran akan hal itu baru muncul belakangan, setelah negara maju dan berkembang mulai mau duduk bersama untuk menjalin kerja sama dalam penyelamatan dan konservasi energi. Kebijakan energi mulai didasarkan pada perdamaian, keadilan, tata tertib dunia, dan pelestarian lingkungan.
Muncullah strategi energi seperti clean development mechanism (CDM) dari Kyoto Protocol yang merupakan strategi mengurangi emisi karbon di negara maju untuk mengurangi dampaknya terhadap pemanasan global (global warming) dan perubahan iklim (climate change). Presiden Susilo Bambang Yudhoyono termasuk salah seorang pemimpin dunia yang concern dalam isu global warming dan climate change tersebut.
Kebijakan Energi di Dunia
Negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa, tampaknya, lebih maju dalam membuat kesepakatan soal energi, yakni dengan terbitnya proposal Energy for a Changing World. Salah satu skenarionya adalah membangun tatanan ekonomi karbon rendah (low-carbon economy). Biasa juga disebut post-industrial revolution.
Uni Eropa juga menargetkan pengurangan minimal 20 persen emisi karbon dari semua sumber energi primer pada 2020 dan 50 persen pada 2050. Juga, pasang target pada 2020 telah menggunakan biofuel minimal 10 persen.
Rusia juga memiliki kebijakan energi jangka panjang. Ada dua saran utama dari strategi kebijakan energi Rusia hingga 2020. Yakni, kepastian tentang langkah-langkah untuk menghasilkan bahan bakar berkualitas dan kompleks energi.
Saat ini Rusia termasuk negara superpower energy. Cadangan gas alam Rusia terbesar di dunia yang dikelola oleh Gazprom secara monopoli. Produksi gas alam Rusia terbesar di dunia, mencapai 21,8 persen di antara total produksi dunia.
Rusia pun menjadi produsen listrik terbesar ke-4 di dunia setelah Amerika Serikat, RRT, dan Jepang.
Bagaimana kebijakan energi AS? Sumber energi AS mayoritas dari bahan bakar fosil. Hingga 2005, diperkirakan 40 persen sumber energi AS berasal dari minyak. Selain itu dari batu bara (23 persen) dan gas (23 persen). Sisanya dipasok dari nuklir, listrik tenaga air, dan sumber energi yang dapat diperbarui.
AS mengonsumsi 20,8 juta barel minyak per hari dan 9 juta barel gas per hari. Paling banyak digunakan untuk kendaraan bermotor (40 persen). Saat ini AS memiliki cadangan minyak sekitar 22 miliar barel dengan tingkat konsumsi minyak 7,6 miliar barel per tahun. Sebagai negara net importer sejak 1941, perekonomian AS sangat dipengaruhi oleh harga minyak dunia.
Selain itu, AS mengembangkan tenaga nuklir. Di negara tersebut, terdapat 104 unit pembangkit nuklir komersial yang menghasilkan 97.400 megawatt listrik atau 20 persen dari konsumsi listrik AS. Saat ini AS merupakan negara pemasok tenaga nuklir komersial terbesar di dunia.
Dalam pengembangan energi terbarukan, pemerintah AS sangat serius. Saat ini AS menghasilkan 300 ribu MW listrik dari tenaga air. Tenaga angin juga maju pesat. Pada 2007, kapasitas wind power AS mencapai 11.600 MW dan bisa melayani kebutuhan listrik bagi 3 juta rumah tangga.
Energi memang menjadi masalah besar bagi negara-negara dengan penduduk besar. Republik Rakyat Tiongkok (RRT) pada 1993 mengumumkan diri sebagai negara net importer. Dengan penduduk sekitar 1,3 miliar jiwa, dibutuhkan minyak 7 juta barel per hari. Tidak ada pilihan lain bagi RRT selain memberlakukan kebijakan energi yang ketat kepada warganya.
Sejak 2007, RRT dinobatkan sebagai negara penghasil emisi karbon terbesar di dunia, menyalip AS. Karena itu, RRT segera merilis National Action Plan on Climate Change. Negara tersebut bertekad mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 1,5 miliar ton pada 2010.
Sumber energi terbarukan berkembang pesat di Tiongkok. Sejak 2006, sekitar 16 juta ton jagung dipakai RRT untuk menghasilkan etanol. PetroChina dan pemerintah RRT mencanangkan penanaman pohon jarak seluas 400 km persegi untuk produksi biofuel.
RRT juga menjadi negara penghasil tenaga surya terbesar di dunia. Total sudah ada 30 juta rumah yang menggunakan pemanas air dengan tenaga surya. Demikian halnya tenaga angin, pemerintah RRT bertekad meningkatkan kapasitas tenaga angin menjadi 30 juta KW pada 2020.
Bagaimana kondisi energi Indonesia saat ini? Presiden SBY sejak empat tahun lalu sudah menyatakan bahwa akan terjadi krisis hebat di sektor energi jika masyarakat tidak melakukan efisiensi penggunaan energi dan BBM. Sebab, cadangan minyak Indonesia diperkirakan tinggal 18 tahun lagi. Sedangkan cadangan gas tinggal 16 tahun. Sementara itu, cadangan batu bara tinggal 100 tahun. Itu perkiraan yang disampaikan SBY pada 25 Oktober 2005. Tapi, itu dengan asumsi tidak ada eksplorasi baru.
Dengan kondisi energi seperti itu, Indonesia tidak lagi menjadi negara pengekspor minyak, tetapi sudah menjadi net importer. Saat ini Indonesia membutuhkan impor minyak mentah dari sepuluh negara sebesar 500 ribu barel per hari. Dengan harga BBM USD 60 per barel, dibutuhkan anggaran sedikitnya USD 30 juta per hari atau Rp 300 miliar per hari (USD 1 = Rp 10 ribu). Tidak terbayang saat harga minyak mentah dunia melebihi USD 100 per barel.
Berbagai program pengembangan energi terbarukan sudah dikembangkan. Presiden SBY beberapa kali mencanangkan penanaman pohon, pengembangan biofuel, dan mendorong penciptaan energi terbarukan lainnya. Dibutuhkan komitmen dan kerja keras dari seluruh komponen masyarakat untuk mewujudkan kemandirian energi di Indonesia.
Buku ini sangat penting untuk memahami betapa energi menjadi isu utama negara-negara di dunia. Apa pun dilakukan sebuah negara untuk mendapatkan energi. Itu menunjukkan bahwa energi sudah menjadi ideologi baru di dunia. Setidaknya buku ini membuat kita tersadar pentingnya pengelolaan energi secara bijak. Kita bisa belajar dari negara-negara di dunia dalam memilih strategi energi. (*)
Tomy C. Gutomo, Wartawan Jawa Pos
---
Judul Buku : Energynomics; Ideologi Baru Dunia
Penulis : Marwan Ja'far
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Terbitan : Oktober, 2009
Tebal : 208 halaman
Dikutip dari www.jawapos.co.id
15 Oktober 2009
09 Oktober 2009
LOMBA MENDONGENG CERITA LOKAL
Syarat dan Ketentuan
1. Peserta Lomba adalah siswa-siswi di Kabupaten Sragen.
1. Untuk SD/MI : Siswa kelas IV, V, dan VI SD Negeri dan Swasta
2. Untuk SMP/MTS : Siswa kelas I , II, dan III Negeri/Swasta.
3. Untuk SMA/MA/SMK : Siswa kelas I , II, dan III Negeri/Swasta.
2. Pendaftaran peserta lomba sekaligus menyerahkan naskah cerita lokal dilakukan sejak tanggal 7 Oktober 2009 s/d tanggal 21 November 2009 di Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen JL. Pemuda No. 1 Sragen 57214 secara langsung, via pos, maupun via email ke perpustakaansragen@gmail.com
3. Pendaftaran peserta lomba dapat dilakukan secara individu atau dihimpun oleh pihak sekolah masing-masing dengan mengirimkan formulir pendaftaran (terlampir) ke Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen.
4. Penulisan naskah cerita lokal dapat dibantu oleh bapak-ibu guru .
5. Naskah di ketik di atas kertas ukuran folio, spasi 1,5, maksimal 2 halaman foilio.
6. Naskah cerita dikirim dalam bentuk print out dan wajib menyerahkan softcopy (file) dalam bentuk VCD.
7. Cerita lokal yang ditulis merupakan cerita rakyat, legenda, mitos, maupun dongeng yang bersumber dari masyarakat Kabupaten Sragen.
8. Lomba akan dilaksanakan di Gedung Unit II Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen JL. Raya Sukowati No. 15 D atau tepatnya di depan Rumah Makan Bandung pada :
a. Peserta SD/MI tanggal 24 November 2009 pukul 08.30 WIB
b. Peserta SMP/MTS tanggal 25 November 2009 pukul 08.30 WIB
c. Peserta SMA/SMK/MA pada tanggal 26 November 2009 pukul 08.30 WIB
5. Peserta diharapkan sudah hadir 30 menit sebelum lomba dimulai.
Teknis Lomba
1. Setiap peserta mendongeng dalam waktu paling lama 10 menit.
2. Hasil lomba diumumkan pada awal Bulan Desember 2009.
3. Keputusan Dewan Juri tidak dapat diganggu-gugat.
Hadiah Lomba
1. Juara I Uang Pembinaan Rp 650.000, 00
2. Juara II Uang Pembinaan Rp 550.000, 00
3. Juara III Uang Pembinaan Rp 500.000, 00
1. Peserta Lomba adalah siswa-siswi di Kabupaten Sragen.
1. Untuk SD/MI : Siswa kelas IV, V, dan VI SD Negeri dan Swasta
2. Untuk SMP/MTS : Siswa kelas I , II, dan III Negeri/Swasta.
3. Untuk SMA/MA/SMK : Siswa kelas I , II, dan III Negeri/Swasta.
2. Pendaftaran peserta lomba sekaligus menyerahkan naskah cerita lokal dilakukan sejak tanggal 7 Oktober 2009 s/d tanggal 21 November 2009 di Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen JL. Pemuda No. 1 Sragen 57214 secara langsung, via pos, maupun via email ke perpustakaansragen@gmail.com
3. Pendaftaran peserta lomba dapat dilakukan secara individu atau dihimpun oleh pihak sekolah masing-masing dengan mengirimkan formulir pendaftaran (terlampir) ke Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen.
4. Penulisan naskah cerita lokal dapat dibantu oleh bapak-ibu guru .
5. Naskah di ketik di atas kertas ukuran folio, spasi 1,5, maksimal 2 halaman foilio.
6. Naskah cerita dikirim dalam bentuk print out dan wajib menyerahkan softcopy (file) dalam bentuk VCD.
7. Cerita lokal yang ditulis merupakan cerita rakyat, legenda, mitos, maupun dongeng yang bersumber dari masyarakat Kabupaten Sragen.
8. Lomba akan dilaksanakan di Gedung Unit II Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen JL. Raya Sukowati No. 15 D atau tepatnya di depan Rumah Makan Bandung pada :
a. Peserta SD/MI tanggal 24 November 2009 pukul 08.30 WIB
b. Peserta SMP/MTS tanggal 25 November 2009 pukul 08.30 WIB
c. Peserta SMA/SMK/MA pada tanggal 26 November 2009 pukul 08.30 WIB
5. Peserta diharapkan sudah hadir 30 menit sebelum lomba dimulai.
Teknis Lomba
1. Setiap peserta mendongeng dalam waktu paling lama 10 menit.
2. Hasil lomba diumumkan pada awal Bulan Desember 2009.
3. Keputusan Dewan Juri tidak dapat diganggu-gugat.
Hadiah Lomba
1. Juara I Uang Pembinaan Rp 650.000, 00
2. Juara II Uang Pembinaan Rp 550.000, 00
3. Juara III Uang Pembinaan Rp 500.000, 00
LOMBA PIDATO BAHASA JAWA
Syarat dan Ketentuan
1. Peserta Lomba adalah siswa-siswi di Kabupaten Sragen.
1. Untuk SD/MI : Siswa kelas IV, V, dan VI SD Negeri dan Swasta
2. Untuk SMP/MTS : Siswa kelas I , II, dan III Negeri/Swasta.
3. Untuk SMA/MA/SMK : Siswa kelas I , II, dan III Negeri/Swasta.
2. Pendaftaran peserta lomba dilakukan sejak tanggal 7 Oktober 2009 s/d tanggal 31 0ktober 2009 di Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen JL. Pemuda No. 1 Sragen 57214 secara langsung, via pos, maupun via email ke perpustakaansragen@gmail.com
3. Pendaftaran peserta lomba dapat dilakukan secara individu atau dihimpun oleh pihak sekolah masing-masing dengan mengirimkan formulir pendaftaran (terlampir) ke Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen.
4. Lomba akan dilaksanakan di Gedung Unit II Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen JL. Raya Sukowati No. 15 D atau tepatnya di depan Rumah Makan Bandung pada :
a. Peserta SD/MI tanggal 3 November 2009 pukul 08.30 WIB
b. Peserta SMP/MTS tanggal 4 November 2009 pukul 08.30 WIB
c. Peserta SMA/SMK/MA pada tanggal 5 November 2009 pukul 08.30 WIB
5. Peserta diharapkan sudah hadir 30 menit sebelum lomba dimulai.
Teknis Lomba
1. Tema Lomba Pidato adalah ”Perpustakaan Minongko Guru Sejatiku”
2. Pidato disampaikan dalam waktu paling lama 10 menit
3. Hasil Lomba diumumkan pada tanggal 12 November 2009
4. Keputusan Dewan Juri tidak dapat diganggu-gugat.
Hadiah Lomba
1. Juara I Uang Pembinaan Rp 750.000, 00
2. Juara II Uang Pembinaan Rp 650.000, 00
3. Juara III Uang Pembinaan Rp 550.000, 00
1. Peserta Lomba adalah siswa-siswi di Kabupaten Sragen.
1. Untuk SD/MI : Siswa kelas IV, V, dan VI SD Negeri dan Swasta
2. Untuk SMP/MTS : Siswa kelas I , II, dan III Negeri/Swasta.
3. Untuk SMA/MA/SMK : Siswa kelas I , II, dan III Negeri/Swasta.
2. Pendaftaran peserta lomba dilakukan sejak tanggal 7 Oktober 2009 s/d tanggal 31 0ktober 2009 di Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen JL. Pemuda No. 1 Sragen 57214 secara langsung, via pos, maupun via email ke perpustakaansragen@gmail.com
3. Pendaftaran peserta lomba dapat dilakukan secara individu atau dihimpun oleh pihak sekolah masing-masing dengan mengirimkan formulir pendaftaran (terlampir) ke Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen.
4. Lomba akan dilaksanakan di Gedung Unit II Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen JL. Raya Sukowati No. 15 D atau tepatnya di depan Rumah Makan Bandung pada :
a. Peserta SD/MI tanggal 3 November 2009 pukul 08.30 WIB
b. Peserta SMP/MTS tanggal 4 November 2009 pukul 08.30 WIB
c. Peserta SMA/SMK/MA pada tanggal 5 November 2009 pukul 08.30 WIB
5. Peserta diharapkan sudah hadir 30 menit sebelum lomba dimulai.
Teknis Lomba
1. Tema Lomba Pidato adalah ”Perpustakaan Minongko Guru Sejatiku”
2. Pidato disampaikan dalam waktu paling lama 10 menit
3. Hasil Lomba diumumkan pada tanggal 12 November 2009
4. Keputusan Dewan Juri tidak dapat diganggu-gugat.
Hadiah Lomba
1. Juara I Uang Pembinaan Rp 750.000, 00
2. Juara II Uang Pembinaan Rp 650.000, 00
3. Juara III Uang Pembinaan Rp 550.000, 00
LOMBA MENULIS CERITA FILM
Syarat dan Ketentuan
1. Peserta Lomba adalah siswa-siswi di Kabupaten Sragen.
1. Untuk SD/MI : Siswa kelas IV, V, dan VI SD Negeri dan Swasta
2. Untuk SMP/MTS : Siswa kelas I , II, dan III Negeri/Swasta.
3. Untuk SMA/MA/SMK : Siswa kelas I , II, dan III Negeri/Swasta.
2. Pendaftaran peserta lomba dilakukan sejak tanggal 7 Oktober 2009 s/d tanggal 7 November 2009 di Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen JL. Pemuda No. 1 Sragen 57214 secara langsung, via pos, maupun via email ke perpustakaansragen@gmail.com
3. Pendaftaran peserta lomba dapat dilakukan secara individu atau dihimpun oleh pihak sekolah masing-masing dengan mengirimkan formulir (terlampir) ke Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen.
4. Lomba akan dilaksanakan di Gedung Unit II Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen JL. Raya Sukowati No. 15 D atau tepatnya di depan Rumah Makan Bandung pada :
a. Peserta SD/MI tanggal 10 Novenber 2009 pukul 08.30 WIB
b. Peserta SMP/MTS tanggal 11 November 2009 pukul 08.30 WIB
c. Peserta SMA/SMK/MA pada tanggal 12 November 2009 pukul 08.30 WIB
5. Peserta diharapkan sudah hadir 30 menit sebelum lomba dimulai.
Teknis Lomba
1. Peserta akan diajak untuk menonton bersama tayangan sebuah film
2. Setelah itu setiap peserta diwajibkan menuliskan isi cerita film tersebut di kertas folio sebanyak 2 s/d 3 halaman.
3. Setiap peserta diiharapkan membawa alat tulis dan alas tulis sendiri (misal meja lipat)
4. Hasil Lomba akan diumumkan pada awal Bulan Desember 2009.
5. Keputusan Dewan Juri tidak dapat diganggu-gugat.
Hadiah Lomba
1. Juara I Uang Pembinaan Rp 650.000, 00
2. Juara II Uang Pembinaan Rp 550.000, 00
3. Juara III Uang Pembinaan Rp 500.000, 00
1. Peserta Lomba adalah siswa-siswi di Kabupaten Sragen.
1. Untuk SD/MI : Siswa kelas IV, V, dan VI SD Negeri dan Swasta
2. Untuk SMP/MTS : Siswa kelas I , II, dan III Negeri/Swasta.
3. Untuk SMA/MA/SMK : Siswa kelas I , II, dan III Negeri/Swasta.
2. Pendaftaran peserta lomba dilakukan sejak tanggal 7 Oktober 2009 s/d tanggal 7 November 2009 di Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen JL. Pemuda No. 1 Sragen 57214 secara langsung, via pos, maupun via email ke perpustakaansragen@gmail.com
3. Pendaftaran peserta lomba dapat dilakukan secara individu atau dihimpun oleh pihak sekolah masing-masing dengan mengirimkan formulir (terlampir) ke Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen.
4. Lomba akan dilaksanakan di Gedung Unit II Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen JL. Raya Sukowati No. 15 D atau tepatnya di depan Rumah Makan Bandung pada :
a. Peserta SD/MI tanggal 10 Novenber 2009 pukul 08.30 WIB
b. Peserta SMP/MTS tanggal 11 November 2009 pukul 08.30 WIB
c. Peserta SMA/SMK/MA pada tanggal 12 November 2009 pukul 08.30 WIB
5. Peserta diharapkan sudah hadir 30 menit sebelum lomba dimulai.
Teknis Lomba
1. Peserta akan diajak untuk menonton bersama tayangan sebuah film
2. Setelah itu setiap peserta diwajibkan menuliskan isi cerita film tersebut di kertas folio sebanyak 2 s/d 3 halaman.
3. Setiap peserta diiharapkan membawa alat tulis dan alas tulis sendiri (misal meja lipat)
4. Hasil Lomba akan diumumkan pada awal Bulan Desember 2009.
5. Keputusan Dewan Juri tidak dapat diganggu-gugat.
Hadiah Lomba
1. Juara I Uang Pembinaan Rp 650.000, 00
2. Juara II Uang Pembinaan Rp 550.000, 00
3. Juara III Uang Pembinaan Rp 500.000, 00